Konten [Tampil]
Penyebab Cepat Lambatnya Efek Obat - Saat sakit tentunya Anda akan mengkonsumsi obat untuk meredakan sakitnya, namun seringkali ada obat yang langsung memberikan efek dan ada yang lama. Kenapa hal ini dapat terjadi dan apakah ada hubungannya dengan kondisi tubuh kita?
Sumber : Alat Uji Kerapuhan Tablet |
Hal ini dapat disebabkan karena jumlah dosis yang Anda konsumsi, jenis obat yang diminum dan memang faktor biologis yang ada di dalam tubuh Anda sendiri. Akan tetapi butuh berapa lama untuk obat agar segera diserap tubuh kita dan memberikan efek?
Di dalam tubuh, ada beberapa tahap yang harus dilewati sampai suatu obat bisa bekerja dengan baik dan menimbulkan efek samping. Ada 4 tahap pada proses metabolisme obat yaitu absorption, distribution, metabolism dan excretion (sering disebut dengan ADME).
Tahap 1 : Absorption atau penyerapan obat
Tahap penyerapan obat oleh tubuh merupakan tahap pertama yang akan terjadi saat obat dikonsumsi oleh tubuh kita. faktor yang mempengaruhi penyerapan obat di dalam tubuh yaitu :
- Cara suatu obat diproduksi di pabriknya
- Karakteristik orang yang meminumnya
- Bagaimana obat tersebut selama ini disimpan
- Serta zat kimia yang terkandung di dalam obat tersebut
Obat sendiri dapat masuk ke dalam tubuh kita dengan beberapa cara yaitu oral (diminum) atau dengan menyuntikkan langsung ke pembuluh darah. Baik dengan cara diminum atau langsung disuntikan ke pembuluh darah tetap saja obat akan berakhir di pembuluh darah. Namun apabila obat tersebut diminum maka akan memasuki proses pencernaan lebih dahulu.
Tahap 2 : Distribusi obat
Sesaat setelah obat masuk ke dalam tubuh, maka obat tersebut secara otomatis masuk ke dalam sirkulasi darah. Rata - rata sekali putaran sirkulasi darah terjadi selama kurang lebih 1 menit. Obat akan didistribusikan ke dalam jaringan - jaringan tubuh melalui sistem peredaran darah. Akan tetapi organ otak adalah yang paling banyak mendapatkan obat tersebut yaitu sekitar 16%.
Obat menembus jaringan yang berbeda pada kecepatan yang berbeda pula, hal ini tergantung dengan kemampuan obat untuk menyebrang dan menembus membran sel tubuh. Semisal seperti obat antibiotik rifampin yang sifatnya larut dalam lemak dan jenis obat ini memang sangat mudah masuk ke dalam jaringan otak. Namun hal ini tidak berlaku untuk antibiotik jenis penisilin yang cenderung larut dalam air.
Umumnya obat yang larut dalam lemak dibandingkan dengan obat yang hanya larut dalam air akan menyeberangi dan memasuki membran sel tubuh lebih cepat. Hal ini akan menentukan juga seberapa cepat obat itu akan bereaksi di dalam tubuh.
Proses distribusi obat juga tergantung pada karakteristik individu. Misalnya, orang gemuk cenderung menyimpan lemak yang lebih banyak, sehingga memudahkan proses metabolisme obat. Akan tetapi dibandingkan orang kurus, orang gendut akan lebih cepat menerima efek samping obat tersebut. Begitu juga dengan usia, seseorang yang lebih tua mempunyai cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Tahap 3 : Metabolisme obat
Tahapan metabolisme obat merupakan tahap dimana zat kimia obat diubah oleh tubuh agar cepat mengatasi penyakit atau gangguan yang terjadi. Dalam tahap ini, enzim yang terdiri dari asam amino (protein) berperan untuk memecah dan mengubah bentuk zat kimia agar bisa bekerja lebih efektif. Enzim khusus untuk memecah dan memetabolisme obat disebut dengan P-450 enzim dan dihasilkan di dalam hati.
Namun banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi enzim ini, seperti makanan atau obat - obatan lain dapat mempengaruhi jumlah enzim tersebut. Ketika enzim ini tidak dihasilkan dalam jumlah yang cukup, maka obat akan bekerja lebih lambat dan efek samping yang ditimbulkan juga tidak cepat.
Selain itu, faktor usia juga menentukan bagaimana enzim ini dapat bekerja. Pada anak - anak, terutama bayi yang baru lahir, hati tidak bisa memproduksi enzim tersebut dengan sempurna. Sedangkan pada lansia, kemampuan hati semakin menurun untuk memproduksi enzim tersebut. Sehingga anak - anak dan lansia biasanya diberikan dosis obat yang rendah untuk memudahkan kerja hati.
Tahap 4 : Excretion atau proses dimana obat dikeluarkan dari dalam tubuh
Setelah penyakit atau gangguan berhasil diatasi oleh obat maka proses terakhirnya adalah zat kimia dalam obat tersebut akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Proses pengeluaran zat kimia ini dilakukan oleh dua cara utama, yaitu melalui urin yang dilakukan oleh ginjal, serta oleh kelenjar empedu dan hati.
Proses pengeluaran zat kimia dalam obat ini dapat melalui air liur, keringat, udara yang dikeluarkan melalui pernapasan maupun ASI bagi ibu menyusui. Karenanya bagi ibu menyusui harus benar - benar memperhatikan obat yang dikonsumsinya atau bahkan mengkonsultasikannya dengan dokter.